Rabu, 27 Juni 2012

Qari Internasional Meriahkan MTQ XXXI Aceh Utara

kuasyamtalirabayu.co.cc, Ust. Darwin Hasibuan, yang merupakan Qari Internasional dari Sumatera Utara, yang merebut Juara II MTQ Internasional Tahun 2011 di Iran, pada Rabu Malam (26/06/2012), menjadi Qari pada pembukaan MTQ XXXI Kabupaten Aceh Utara di lapangan bola kaki Kecamatan Kuta Makmur Aceh Utara

Penampilan Qari internasional tersebut sangat dinanti oleh para undangan yang telah memadati arena MTQ, Salah seorang undangan, Tgk Lukmal Hakim Yahya, S.Ag, megatakan bahwa salah satu alasan ia hadir ke MTQ tersebut adalah untuk mendengarkan lantunan ayat suci AlQur'an oleh Ust. Darwin Hasibuan. "Salah satu yang ingin saya lakukan di acara MTQ ini adalah merekam suara Darwin Hasibuan yang  menjadi Qari dalam pembukaan MTQ ini' ujar Tgk. Lukmal, yang juga merupakan Kepala KUA Kecamatan Nisam.

Pembukaan MTQ yang akan berlangsung selama 7 hari ini berlangsung meriah, diawali dengan penampilan Tarian Poh Kipah  dari tim penari yang merupakan anak-anak dari Kecamatan Kuta Makmur, diiringi juga oleh Tarian Massal dari puluhan anak-anak SD yang juga berasal dari kecamatan tersebut.

Pada acara puncak, Pj. Bupati Aceh Utara, H.M. Ali Basyah, menekan seurune tanda telah resmi dibukanya MTQ XXXI Kabupaten Aceh Utara. [rdk]

PJ Bupati Ajak Masyarakat Tingkatkan Minat Baca AlQur’an

kuasyamtalirabayu.co.cc, Pj. Bupati Aceh Utara, H.M. Ali Basyah, mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan minat baca Alqur’an, terutama bagi anak-anak dan generasi muda Aceh Utara. Hal tersebut disampaikan dalam sambutannya pada pembukaan MTQ XXX1 Kabupaten Aceh  pada Rabu Malam, 27 Juni 2012,  di Lapangan Bola kaki Kecamatan Kuta Makmur Aceh Utara.

“Melalui pelaksanaan MTQ XXI Kabupaten Aceh Utara ini, kami mengajak seluruh masyarakat untuk meningkatkan minat dan semangat membaca AlQur’an terutama bagi anak-anak dan generasi muda Aceh Utara”Ungkap H.M. Ali basyah yg telah malaksanakan tugas sebagai Pj Bupati sejak 8 Bulan lalu.

Selain itu Beliau pada kesempatan tersebut juga mohon diri seiring akan berakhirnya masa tugasnya sebagai Pj Bupati pada 5 Juli 2012. “ Pada kesempatan ini saya juga ingin memohon diri, karena ini mungkin kegiatan saya yang terakhir sebagai Pj. Bupati Aceh Utara. Insya Allah pada kesempatan lain kita mungkin dapat bertemu kembali, namun dalam kapasitas dan suasana yg lain tentunya” ujar nya. [rdk]

Selasa, 26 Juni 2012

Telah Hadir Aplikasi Wakaf, SIWAK

kuasyamtalirabayu.co.cc, Pada Bulan Juni 2012 ini, telah hadir satu lagi inovasi di bidang Teknologi Informasi  Kantor Urusan Agama, setelah sebelumnya hadir Software SIMKAH, Sistem Informasi Manajemen Nikah, Kini telah hadir Software SIWAK, Sistem Informasi Wakaf, yang merupakan program aplikasi/ perangkat lunak (software) berbasis windows yang berisi tentang benda-benda yang diwakafkan.

Software ini dikembangkan oleh Team arieSSoftware, yang sebelumnya juga telah mengembangkan Software SIMKAH. Menurut Aries Setiawan, salah seorang Team arieSSoftware, Software ini akan terus dikembangkan sesuai dengan kondisi terkini "Untuk sebuah system yang dibuat maka tidak akan pernah kata sempurna ataupun selesai demikian pula dengan Program Layanan dan Informasi PRODUK HALAL, karena itu Program ini akan terus dikembangkan sampai menuju pada keadaan yang boleh disebut terintegrasi" ungkapnya.

Bagi yang ingin mencoba software ini, jangan khawatir, karena software ini gratis alias tidak berbayar. Silahkan mendownloadnya di : http://ariessoftware.net/siwak/setup_siwak.exe
[rdk]

Sabtu, 23 Juni 2012

KUA Syamtalira Bayu Mulai Menggunakan Simkah

kuasyamtalirabayu.co.cc, Kantor Urusan Agama Kecamatan Syamtalira Bayu sejak Juni 2012 telah melakukan komputerisasi administrasi Nikah di kantor tersebut dengan menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Nikah (SIMKAH).
Kepala KUA Syamtalira Bayu, Teuku Erdika Usiandra, S.S mengungkapkan bahwa  penggunaan Aplikasi SIMKAH ini membuat pelaksanaan tugas-tugas administrasi Nikah lebih efektif dan efisien. Hal ini karena semua tugas-tugas tersebut, mulai pendaftaran nikah, pemeriksaan nikah, pengumuman kehendak nikah, sertifikat suscatin, rekomendasi nikah dan lain-lain, kesemuanya bisa dikerjakan dengan sekali input data.
Namun menurutnya, untuk saat ini penggunaan aplikasi SIMKAH di KUA Kecamatan Syamtalira Bayu baru sekitar 80%, hal tersebut disebabkan karena belum tersedianya sarana yang dibutuhkan, diantaranya adalah Printer Pasbook untuk printing buku nikah. “Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini printer passbook sudah tersedia sehingga kita bisa nge-print buku nikah” ujarnya.



Rabu, 20 Juni 2012

Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bireuen Cairkan Gaji ke-13

Bagi PNS di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bireuen, Rabu tanggal 20 Juni 2012 sudah bisa menerima gaji ke-13 dalam Tahun Anggaran 2012. Demikian informasi dari Bendahara Pengeluaran Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bireuen, Ernawati SE,via BBM selasa (19/6).
“Hari ini kami menerima gaji ke-13. Kata bendahara, uangnya sudah ditransfer ke rekening,” kata Syukkran Ardi, salah seorang PNS di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bireuen, (20/6) di Cot Gapu.
“Tujuan pemerintah mengalokasikan gaji ke-13, memang untuk membantu para PNS terutama golongan rendah memenuhi keperluan anak-anaknya saat masuk sekolah di tahun ajaran baru. Karena itu kita harapkan, uangnya dimanfaatkan sepenuhnya untuk keperluan sekolah anak dan bukan untuk konsumtif,” lanjutnya (munawir)

Selasa, 19 Juni 2012

JIL, CIA, The Asia Foundation, Dan Imperialisme Barat

Dari segi ide besarnya, JIL lebih mirip kepanjangan imperalisme Barat atas dunia Islam yang dicarikan bentuk pembenarannya dari khazanah Islam. Dasi segi politis, ada benang merah dengan CIA. Benarkah?
Setelah sekian taun JIL (Jaringan Islam Liberal) mendeklarasikan keberadaanya —didirikan sekitar Maret 2001—kini, mulai nampak tanda-tanda keberhasilannya. Setidaknya, fenomena-fenomena baru yang sangat gamblang —yang semula nampak dengan ‘malu-malu’—kini sudah banyak dirasakan. Salah satu impact penting yang timbul dari lahirnya gudang pemikiran itu adalah lahirnya atmosfir ‘konyol’ yang oleh kebanyakan pengikutnya disebut dengan istilah “kekritisan berfikir”.

Atmosfir baru sebagian kaum terpelajar muslim, kini, seakan-akan ada perubahan mendadak. Terutama cara mereka berfikir, berargumen.
Tiba-tiba mereka terlihat begitu semangat ‘mengkritisi’ Al-Qur’an, menolak beberapa nash hadits-hadish shahih, serta menuduh para ulama’ sebagai kelompok konserfatif. Anak-anak muslim ‘terpelajar’ itu juga terlihat sangat antusias berbicara, berdiskusi, mengadakan seminar, workshop, lokakarya untuk membahas tema-tema demokrasi, kebebasan berekspresi, skularisasi, pluralisme, dan kesetaraan gender. Mereka bahkan teramat sibuk bergelut dengan referensi-referensi liberal. Bacaan-bacaan wajib mereka, kini Tahrirul Mar’ah milik Qasim Amin, The Spirit of Islam-nya Amir Ali, serta Al Islam wa Ushul Al Hukmi yang sesungguhnya hanya jiplakan dari tulisan orientalis Inggris Thomas W. Arnold. Nama-nama semisal, Sayid Ahmad Khand, Arkeun, Ali Abdul Razik, Charles Kuzman, Fatimah Marnissi, Nasir Hamid Abu Zaid dan Fadzlurrahman seolah-olah “kitab suci” baru yang kini melekat di otak mereka. Di saat yang sama, mereka mulai tampak malas menelaah Al-Qur’an, bahkan boleh jadi mules (muak, red) jika mendengar dalil-dalil dari hadits. Yang jelas, mereka begitu percaya diri dengan identitas itu, dan begitu bangga disebut liberal.
Sebuah pertanyaan penting yang kerap ada dalam kepala orang adalah; “Apakah program-program JIL perpanjangan imperialisme barat? Apakah identitas Islam hanya kedok untuk meloloskan ideologi kapitalis?. Sudah barangtentu akan banyak dalih yang mereka kemukakan.
Perpanjangan Imperialis
Kalau boleh jujur, sebenarnya, ide-ide besar JIL dapat dipahami dalam kerangka kepanjangan imperalisme Barat atas Dunia Islam, yang pada gilirannya, dicari-cari bemtuk pembenarannya dari khazanah Islam.
Kalau kita mengamati dengan seksama tentang agenda-agenda JIL, maka kita akan menemukan korelasi antara imperialisme barat dan agenda JIL. Luthfi Asy-Syaukanie, salah satu motor JIL pernah menyebut dengan jujur empat agenda utama lahirnya Islam Liberal. Pertama, agenda politik, Kedua, agenda toleransi agama, Ketiga, agenda emansipasi wanita, dan Keempat, agenda kebebasan berekpresi.
Dalam agenda politik, misalnya, kaum muslimin “diarahkan” oleh JIL untuk mempercayai sekularisme, dan menolak sistem pemerintahan Islam (Khilafah). Dalam agenda plurarisme, kelompok ini menyeru bahwa semua agama adalah benar, tidak boleh ada truth claim. Agenda emansipasi wanita, seperti menyamaratakan secara absolut peran atau hak pria dan wanita tanpa kecuali, dan agenda kebebasan berekspresi, seperti hak untuk tidak beragama, tak jauh bedanya dengan agenda politik di atas. Semua ide-ide ini pada ujung-ujungnya, pada muaranya, kembali kepada ideologi dan kepentingan imperialis.
Karena itu, sulit sekali-untuk untuk tidak mengatakan —minimal mustahil— mencari akar pemikiran-pemikiran tersebut dari Islam itu sendiri secara murni, kecuali setelah melalui pemerkosaan teks-teks Al-Qur’an dan As-Sunnah. Misalnya teologi pluralisme yang menganggap semua agama benar, sebenarnya berasal dari hasil Konsili Vatikan II 1963-1965) yang merevisi prinsip extra ecclesium nulla salus (di luar Katolik tak ada keselamatan) menjadi teologi inklusif-pluralis, yang menyatakan keselamatan dimungkinkan ada di luar Katolik. (Islam Liberal: “Sejarah, Konsepsi dan Penyimpangannya”, Adian Husaini dan Nuim Hidayat).
Selain itu, dari kerangka ideologi, ide-ide JIL sendiri, dapatlah kiranya dinyatakan sebagai ide-ide kapitalisme. Luthfi Asy-Syaukanie dalam bukunya Wajah Liberal Islam di Indonesia (2002) telah berhasil menyajikan deskripsi dan peta ide-ide JIL. Jika dikritisi, kesimpulannya adalah di sana ada banyak contekan sempurna terhadap ideologi kapitalisme. Tentu ada kreativitas dan modifikasi. Khususnya pencarian ayat atau hadits atau preseden sejarah yang kemudian ditafsirkan secara paksa agar cocok dengan kapitalisme. Ide-ide besar kapitalisme itu antara lain; (1) sekularisme, (2) demokrasi, dan (3) kebebasan. Dukungan kepada sekularisme —pengalaman partikular Barat— nampak begitu getolnya mereka melakukan penolakan terhadap bentuk sistem pemerintahan Islam (khilafah), dan penolakan yang begitu bersemangat terhadap syariat Islam. Tetapi mereka menerima begitu saja semua gagasan demokrasi tanpa ada nalar kritis. Istilahnya, mereka cepat-cepat ‘melek’ (terbelalak) jika mengkritisi Islam, tapi buru-buru buta (pura-pura tak melihat) jika sumber-sumber itu datangnya dari Barat.
Kentalnya ide-ide pokok kapitalisme dan berbagai derivatnya ini, masih ditambah dengan suatu metode berpikir yang kapitalistik pula, yaitu menjadikan ideologi kapitalisme sebagai standar pemikiran. Meminjam bahasa Al Jawi, ide-ide kapitalisme diterima lebih dulu secara taken for granted dan dianggap benar secara absolut, tanpa pemberian peluang untuk didebat (ghair qabli li an-niqasy) dan tanpa ada kesempatan untuk diubah (ghair qabli li at-taghyir). Lalu ide-ide kapitalisme itu dijadikan cara pandang (dan hakim!) untuk menilai dan mengadili Islam.
JIL Asia Foundation dan CIA
The Asia Foundation adalah LSM raksasa yang markas besarnya di San Fransisco. LSM ini memiliki 17 kantor cabang di seluruh Asia, termasuk Washington, D.C. Tahun 2003 kemarin, The Asia Foundation mengucurkan bantuan sebesar 44 juta USD dan mendistribusikan 750 ribu buku dan materi pendidikan yang nilainya berkisar mencapai 28 juta USD di seluruh wilayah Asia.
Sebagaimana dikutip situs resmi pemerintah AS, http://usinfo.state.gov, Oktober lalu –beberapa hari menjelang Pemilu di Afghan— lalu, The Asia Foundation, membikin program The Mobile Theater Project, sebuah bioskop keliling. Dengan alasan pendidikan demokrasi —atau lebih tepat kampanye pemaksaan demokrasi— mereka berkeliling kampung untuk memutar film dengan ditonton sekitar 430.000 pemirsa.
Di Indonesia, dalam Pemilu 2004 kemarin, seperti diakuinya di situs http://www.asiafoundation.org/, lembaga ini ikut mendanai JPPR (JPPR atau Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat) dengan mempekerjakan 141.000 relawan dan melakukan training kurang lebih 70 ribu orang. Mereka bisa memanfaatkan radio dengan asumsi 25 juta pendengar, memanfaatkan TV yang ditonton 74 juta pemirsa, juga menguasai media cetak dengan perkiraan dibaca 3 juta orang.
Di Indonesia, keberadaanya sudah ada sejak tahun 1970. Mereka berdiri di balik program-program bernama; training keagamaan, studi gender, HAM dalam Islam, civic education di lembaga-lembaga Islam, pusat pembelaan perempuan untuk Islam (Muslim Women Advocacy), dan isu-isu pluralisme, paralalel dengan program-program JIL.
Jika dilihat berbagai agenda dan kegiatannya selama ini, ada korelasi antara agenda-agenda JIL dengan LSM Raksasa bernama The Asia Foundation.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa kehidupan kelompok ini amat tergantung pada kucuran dana dari The Asia Foundation. Dan karena donor yang amat besar dari LSM ini, maka JIL dalam waktu yang relatif singkat sudah bisa mendirikan Radio satelit pertama di Indonesia, Radio 68H, yang siarannya direlai puluhan pemancar radio di Indonesia, mampu membeli satu halaman penuh koran Jawa Pos, bahkan mampu menayangkan iklan-iklan di televisi dengan durasi yang panjang, semisal iklan “Islam Warna-Warni” yang akhirnya berhenti tayang karena somasi MMI, bahkkan bisa menghidupi kegiata-kegiatan mereka yang membutuhkan biaya besar. Jika ditilik dari sponsor utama (sebut The Asia Foundation) yang selama ini menjadi ‘penyangga’ utama pendanaan JIL, bisa ditarik kesimpulan bahwa The Asia Foundation adalah jaringan ‘induk’nya. Dengan bahasa lain, JIL adalah ‘karyawan’ The Asia Foundation yang bertugas di lapangan, untuk menjalankan proyek-proyek besarnya.
The Asia Foundation, yayasan ini ditengarai banyak mendanai kegiatan-kegiatan dalam rangka penyebaran paham kapitalisme dan sejenisnya. Yang paling nampak mencolok keterlibatan The Asia Foundation bagaimana dia mem-back up Tim Pengarasutaman Gender (PUG) bentukan Departemen Agama, yang kemudian berhasil menyusun draf Kompilasi Hukum Islam yang isinya kemudian menimbulkan kontroversial.
Merujuk sebuah makalah yang berjudul CIA’s Hidden History in the Philippines, Roland G. Simbulan, yang disampaikan pada ceramahnya di University of The Philipinnes (18 Agustus, 2000), mengutip dari tulisan seorang sosiolog Amerika, James Petras, yang dimuat dalam Journal of Contemporary Asia, menggambarkan, bagaimana LSM yang besar bisa dikendalikan —jika tidak didukung oleh pemerintah Amerika— atau perusahaan raksasa yang dikendalikan agen-agen rahasia atau CIA yang ingin memanfaatkannya sebagai sarana penyamaran. Yang dimaksud Petras, hal itu untuk mengelabuhi dan menghindari konflik yang diakibatkan benturan langsung terhadap struktur resmi pemerintahan. Serta menghindari class analysis adanya penjajahan dan eksploitasi kapitalis.
Roland G. Simbulan juga menjelaskan bahwa yang memainkan peran CIA yang paling menonjol di Manila adalah The Asia Foundation. Pernyataan ini dinilai cukup valid, karena didasari oleh pernyataan seorang anggota Departemen Birokrasi Amerika, William Blum. Dalam sebuah resensi buku yang berjudul Asia Foundation is the principal CIA front, dalam salah satu buku seorang jurnalis investigasi majalah Times, Raymond Bonner, yang berjudul: Waltzing with a Dictator: The Marcoses and the Making of American Policy, menyatakan bahwa “Asia Foundation adalah bentukan dan kedok CIA!”. Ini semakin diperkuat oleh interview Roland G. Simbulan dengan seorang mantan mata-mata CIA yang beroperasi di Philipina pada tahun 1996, dimana ia aktif menggunakan yayasan ini (The Asia Foundation) sebagai agen. Bahkan secara terang-terangan pula diungkapkan dalam laporan tahunan The Asia Foundation, tahun1985, yang menyebutkan di dalamnya pernyataan Victor Marchetti, salah satu dari pimpinan deputy CIA, bahwa “Asia Foundation didirikan oleh CIA dan sampai 1967 mendapat subsidi darinya.” (Asia Foundation Annual Report, 1985). Jelas, bahwa LSM The Asia Foundation memang bentukan CIA, didirikan sebagai alat, dan sarana untuk memperluas dan mempermudah proses imperialisme Amerika Serikat terhadap Negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik dengan cara non konfrontatif.
Dari sini pulahlah, boleh jadi, JIL —setelah dilihat dari substansi ide yang diusung, serta pertnershipnya— bahwa sesungguhnya aktifitasnya tidak ada hubungannya dengan Islam, tidak pula ada sangkut-pautnya dengan perbedaan metode penafsiran nash, pembaharuan, pencerahan, atau sifat kritis. Aktifitas JIL, sekali lagi —boleh jadi— tak lain, merupakan kemungkinan aktivitas intelejen asing yang hendak menancapkan kuku-kuku imperialismenya di bumi umat Islam, umumnya dan Indonesia, pada khususnya. Benarkah demikian? Wallahu a’lam. (Hidayatullah.com)/swaramuslim.com
Oleh: Thoriq* 
*) Penulis adalah mahasiswa Syari’ah Islamiyah Universitas Al Azhar Cairo

Selasa, 05 Juni 2012

Kakanwil : Lembaga Publik Harus Berbenah Diri

Dalam sambutan dan pengarahannya di hadapan jajaran Kementerian Agama se Kabupaten Aceh Utara dan Lhokseumawe, Selasa (29/5), Ibnu Sa’dan selaku Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh meminta seluruh jajaran Kementerian Agama khususnya untuk berbenah diri dan memperbaiki kualitas pelayanan menjadi lebih baik.
“Hari ini, lembaga swasta bahkan bisa lebih baik dari instansi pemerintah, padahal mereka mengelola dana masyarakat dalam jumlah yang terbatas, sebaliknya kita mengelola dana negara yang lumayan besar, ini adalah ironi yang harus segera diperbaiki,” ujar Kakanwil Kemenag Aceh yang merupakan alumni Magister Pendidikan FKIP Universitas Syiah Kuala.
“Sebagai contoh adalah Dayah Jeumala Amal yang berhasil meraih sertifikat standar mutu pelayanan ISO 9001:2008, lalu di mana posisi lembaga publik seperti madrasah dan Kementerian Agama dan lembaga-lembaga negara lainnya. Kita harus segera berbenah atau kita akan semakin tertinggal,” lanjut Ibnu Sa’dan
Seiring dengan semangat UU Nomor 2009 tentang Pelayanan Publik dan kemajuan teknologi informasi, aparatur pemerintah harus memperbaiki kinerja dan kualitas layanannya kepada masyarakat umum. “ Masyarakat sudah semakin cerdas, tidak bisa ditipu lagi dengan alasan aturan ini -itu, justru kita hari ini yang harus lebih banyak belajar dari masyarakat dan juga lembaga-lembaga swasta lainnya,” himbau Ibnu Sa’dan.
Dalam rangkaian kunjungannya kali ini, Kakanwil dan rombongan singgah di Kabupaten Pidie Jaya, Bireuen dan Aceh Utara.

Kakanwil : Semua Daerah Harus Miliki Madrasah Favorit

Dalam kesempatannya melaksanakan kunjungan kerja ke Aceh Utara, Selasa (29/5), Kakanwil Kemenag Aceh menghimbau Kementerian Agama Aceh Utara untuk mencetak madrasah-madrasah favorit di daerahnya.
“Hari ini banyak orang tua yang mengirimkan anak-anaknya belajar di ibukota Kabupaten atau ibukota Provinsi karena alasan kualitas pendidikan yang lebih baik, kedepannya di daerah-daerah juga harus ada madrasah dan sekolah favorit dengan standar dan kualitas sepeti di ibukota,” kata Drs. H. Ibnu Sa’dan,M.Pd dihadapan jajaran Kemenag Aceh Utara.
“Selain lebih dekat dan murah, dengan adanya madrasah favorit juga akan meningkatkan gengsi daerah, karena itu semua pihak harus bekerja sama untuk mewujudkan hal ini,” lanjut Kakanwil.
Kakanwil juga menyorot animo masyrakat yang cenderung memeilih pendidikan agama akhir-akhir ini. “Masyarakat sudah sadar bahwa agama adalah bekal hidup di dunia dan akhirat, karenanya wajar saja bila madrasah dan pondok pesantren saat ini menjadi pilihan utama bagi pendidikan anak-anak, untuk itu kita perlu terus berbenah supaya kepercayaan masyarakat yang begitu besar tidak menjadi bumerang bagi Kementerian Agama,” imbau Kakanwil.
“Segenap jajaran Kemenag harus bekerjasama menanggulangi animo masyarakat tersebut, baik dari segi kecukupan ruang dan sarana belajar, serta kualitas tenaga pendidik juga harus semakin baik dari waktu ke waktu,” demikian harapan Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh.
Ikut serta mendampingi Kakanwil dalam kunjungan kerja ini Kasubbag Hukmas dan KUB, Juniazi, M.Pd dan Bendaharwan Kanwil, Munawar, SE.
sumber : http://aceh.kemenag.go.id

Di Aceh Utara, sudah 489 Guru Dibayar Tunjangan Sertifikasi

Sampai akhir semester pertama 2012, sudah 489 (dari 932 orang), guru PAI (Pendidikan Agama Islam) Pemda di Aceh Utara telah dibayar tunjangan sertifikasi oleh Kemenag setempat.
“Sementara itu, dari 968 guru PNS di Aceh Utara, 422 guru telah bersertifikasi,” lapor Kakankemenag Aceh Utara, Drs. H. Zulkifli Idris, M.Pd, dalam silaturrahmi dan pembinaan pegawai di jajaran Kemenag Aceh Utara (29/5).
Dalam acara silaturrahmi yang digelar bersama Kakanwil Kemenag Aceh, Drs. H. Ibnu Sa’dan, M.Pd, yang juga hadir Kasubbag Hukmas dan KUB Kanwil Kemenag Aceh, di Gedung Hasbi Ash-Shiddieqy Lhokseumawe itu, Zulkifli juga merilis, “Bahwa jumlah pernikahan per tahun di Aceh Utara mencapai 5.200 peristiwa.”
“Namun sampai 8% dari jumlah itu bermuara pada pilihan bercerai. Akibat dari, terutama faktor (intervensi) pihak ketiga, ada WIL (Wanita Idaman Lain) atau PIL (Pria Idaman Lain),” keluh Kakankemenag di hadapan Pejabat Kemenag, penyuluh, kepala KUA dan madrasah, guru, dan para staf Kemenag itu.
Jelang asar, Kakanwil dan rombongan akan ke MTsN Samudera Aceh Utara (foto: guru MTsN).(yakub)

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes